Begitu banyak kejadian-kejadian pahit yang manusia hadapi di alam
dunia ini. Akan tetapi, sangat disayangkan sekali bagi mereka yang
mengatakan bahwa kejadian-kejadian pahit itu merupakan sebuah keburukan
yang mutlak datangnya dari Allah SWT. Kalau kita ingin berpikir sedikit
saja, kejadian pahit atau musibah itu tidak semuanya dapat kita katakan
adalah keburukan. Kenapa? Apabila setiap musibah itu kita katakan
keburukan yang datang dari Allah SWT, maka hal tersebut sangat
bertentangan dengan akal yang sehat.
Jika orang yang mengidap penyakit kanker dikarenakan dia selalu
mengkonsumsi makanan-makanan junk food padahal dia sendiri telah
mengetahui bahwa makanan-makanan itu tidak baik, pantaskah kita
mengatakan penyakit yang dialaminya itu datangnya dari Allah (baca:
takdir-Nya)?
“Dan semua musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syuura: 30)
Apabila seorang yang ahli dalam bidang tertentu ingin menciptakan
atau mengembangkan sesuatu, kebanyakan dari mereka selalu mengalami
kesulitan, kegagalan bahkan kehancuran terhadap apa yang mereka ciptakan
atau kembangkan. Dari kejadian-kejadian itulah yang merupakan sebab
munculnya penelitian, pengkajian dan kemajuan bagi umat manusia. Tanpa
kita sadari, sesungguhnya kejadian-kejadian pahit itu telah menghapus
banyak kesalahan dan ketergelinciran. Dan lebih jauh lagi bahwa
penderitaan demi penderitaan yang dialami manusia merupakan sebab
penataan spiritualitasnya menuju kesempurnaan.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Ujian dan cobaan akan mengembangkan kemampuan manusia sedemikian rupa
sehingga ia dapat meraih kesempurnaan-kesempurnaan. Yang diuji dengan
kemiskinan, maka dengan kesabaran dan usahalah yang akan membuat manusia
berupaya untuk berkembang dan maju. Begitu pula yang diuji dengan
kesenangan (kekayaan), maka dengan berupaya menyisihkan sebagian
hartanya kepada orang-orang yang tidak mampu dan menyelamatkan kaum
lemah dengan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan
pribadi juga dapat membuat dia berkembang dan maju.
Perlu diingat bahwa apapun bentuk ujian atau cobaan yang dihadapi
adalah sesuai dengan kapasitas kemampuan manusianya itu sendiri. Maka
semakin tinggi ilmu dan ketakwaan seseorang, semakin berat pula ujian
atau cobaan yang akan dihadapinya.
“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.” (QS. Al-Mu’minuun: 62)
Oleh karena itu, barangsiapa yang merasa dirinya telah mengalami
banyak peningkatan dalam hal keilmuan dan ketakwaan, maka
bersiap-siaplah untuk mendapatkan ujian dan cobaan dari Allah SWT.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS.
Al-Ankabuut: 2)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan
Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS.
Al-Baqarah: 214)
Mari kita renungkan falsafah dari pembuatan pedang berikut ini.
Pedang pada awalnya adalah hanyalah sebuah besi yang tidak berbentuk.
Bahkan mungkin berawal dari besi-besi yang berkarat ataupun besi-besi
bekas hasil sisa-sisa pabrik yang dapat didaur ulang. Tetapi yang jelas
dia berasal dari cairan atau pasir besi hasil tambang.
Besi yang untuk dijadikan pedang harus melalui proses-proses yang
cukup dikatakan rumit. Dia harus dibakar untuk dicairkan dan kemudian
akan dimasukkan ke dalam cetakan pedang. Setelah dicetak, kemudian akan
di celupkan ke dalam air (pendinginan), kemudian akan dipanaskan kembali
dengan api yang sangat panas sekali. Sekali waktu dia harus
dipukul-pukul untuk dibentuk. Dan dicelupkan lagi ke dalam air untuk
didinginkan kembali. Dan seterusnya proses itu berulang-ulang. Setelah
pedang itu terbentuk, maka langkah selanjutnya mungkin pabrik akan
membuat sedikit ukiran-ukiran didekat gagang pedang tersebut dengan
tujuan untuk membuat pedang tersebut terlihat menarik dan indah. Langkah
terakhir adalah pengasahan pada daun pedang tersebut untuk membuatnya
menjadi tajam sebagaimana tujuan utama pedang itu dibuat. Yang pada
akhirnya setelah melewati beberapa proses tersebut, pedang tersebut
sudah layak digunakan dan dapat diperjual belikan dengan harga yang
sangat tinggi seperti halnya pedang Samurai yang indah, mengkilat dan
sangat tajam.
Begitu pula dengan manusia, semakin banyak ujian, cobaan, segala
macam terpaan badai kehidupan yang menimpanya, apabila dia menyadari apa
yang dihadapinya adalah sebuah penciptaan kesempurnaan terhadap jiwa
manusia, maka dia akan menghadapinya dengan penuh kesabaran dan harapan
agar dia dapat melewati ini semua dan mendapatkan kesempurnaan jiwa baik
dimata Allah maupun dimata manusia. Insya Allah, dia akan menjadi
sesosok manusia dewasa yang kuat mental spritual maupun fisik, manusia
yang mengeluarkan keindahan yang terpancar dari dalam jiwanya (inner
beauty), manusia yang mempunyai pikiran dan akal sehat yang sangat tajam
dalam menyelesaikan segala macam permasalahan hidup di dunia. Dan Insya
Allah, di akhirat kelak dia akan dibayar oleh Allah dengan harga yang
sangat tinggi, yaitu Surga dan akan duduk bersama para kekasih-Nya yaitu
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya yang suci dan para sahabatnya yang
setia. Wallahu a’lam.
Dikutip dari buku “Anda Bertanya, Anda Menjawab” oleh Ayatullah Mohsen Qara’ati dengan sedikit modifikasi dan tambahan